Allah telah menciptakan semua makhluk hidup dengan ciri dan keahlian yang berbeda sesuai dengan lingkungan tempat hidup mereka. Setiap makhluk hidup menggunakan keahlian ini untuk melindungi diri atau berburu. Beberapa dari mereka menyembunyikan diri dengan teknik kamuflase atau penyamaran yang ahli. Ada yang melakukan mimikri, yakni meniru benda lain, dan ada pula yang melakukan taktik cerdas lainnya.
Kamuflase adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan satwa. Adalah sangat penting untuk dapat menyerang musuh tanpa diketahui, atau menyembunyikan diri ketika diserang. Yang menakjubkan adalah: tak hanya manusia berakal yang menggunakan teknik ini, yang pada manusia memerlukan perancangan sangat matang, tapi binatang pun melakukannya. Tubuh para satwa yang melakukan kamuflase diciptakan dengan warna dan corak yang benar-benar menyerupai lingkungan tempat hidupnya. Sejumlah binatang melakukan kamuflase dengan sangat baik, sehingga hampir tak mungkin dibedakan dengan tetumbuhan di sekelilingnya. Laba-laba dengan warna menyerupai tumbuhan di mana ia hidup, ular yang tak bergerak layaknya cabang pohon, serangga dengan warna sayap menyerupai daun kering, katak dengan bentuk dan warna yang sama persis seperti tumbuhan di sekelilingnya. Semua ini adalah contoh kamuflase atau penyamaran yang mengagumkan. Semua ini menunjukkan kepada kita bahwa kamuflase adalah teknik yang khusus dan sengaja diciptakan oleh Allah.
Burung Kutub, 'Berpakaian' Menyesuaikan Musim
Sejumlah ahli kamuflase hidup di daerah kutub, wilayah paling dingin di bumi ini. Kita akan segera mempelajari teknik kamuflase luar biasa dari seekor burung yang mampu hidup dalam iklim seperti ini.
Di musim gugur, areal berbatu tertutupi oleh salju. Dalam habitat alaminya, burung-burung kutub ini hampir mustahil terlihat. Ini dikarenakan mereka memiliki corak dan warna bulu mengagumkan yang menyerupai lingkungan alam sekitarnya. Pada pengamatan lebih seksama, bulu putih yang menutupi permukaan tubuh burung ini persis sama dengan warna salju. Corak menyerupai bagian permukaan tanah yang tak tertutupi salju juga terdapat pada bulu-bulunya. Permukaan tanah dan burung benar-benar saling menyerupai satu sama lain, sehingga hampir mustahil untuk membedakan keduanya.
Ketika musim dingin tiba, salju menyelimuti segala yang ada. Perubahan menakjubkan terjadi pada tubuh burung ini. Semua bulu berwarna gelap menghilang, dan menyisakan hanya warna putih. Sekali lagi, hampir mustahil membedakan burung berwarna putih bersih di hamparan salju. Burung sama sekali tidak menyadari hal ini. Namun, sekali lagi, tubuhnya tersamarkan secara sempurna. Bulu-bulu gelap di sekitar mata mencegahnya terbutakan oleh cahaya yang dipantulkan oleh salju.
Di musim semi, salju mulai mencair, dan tumbuh-tumbuhan pun mulai bertunas. Di sela-sela bulu burung ini, bulu-bulu baru muncul dengan warna hijau tumbuhan.
Di musim semi, salju mulai mencair, dan tumbuh-tumbuhan pun mulai bertunas. Di sela-sela bulu burung ini, bulu-bulu baru muncul dengan warna hijau tumbuhan.
Saat musim panas tiba, salju telah benar-benar mencair; terhamparlah tetumbuhan berwarna hijau. Burung kutub ini sekali lagi memperlihatkan kamuflase luar biasa. Pengamatan seksama memperlihatkan bahwa suatu perubahan yang telah direncanakan kembali terjadi. Tubuhnya kini tertutupi oleh bulu-bulu yang menyerupai tetumbuhan. Sekali lagi, mustahil untuk dapat melihat sang burung di antara tumbuh-tumbuhan.
Fenomena menakjubkan tentang kamuflase ini tentunya memerlukan sebuah penjelasan. Secara alami, mustahil bagi seekor burung dengan kehendaknya sendiri untuk menentukan warna bulunya agar menyerupai lingkungan sekitar. Ia tak memiliki kecerdasan untuk memahami arti kamuflase atau penyamaran. Jadi, siapakah yang memberi sang burung kemampuan luar biasa untuk berkamuflase . Siapakah yang mengetahui bahwa kamuflase harus berubah seiring pergantian musim. Siapakah yang mewarnai bulu-bulunya dengan warna dan corak lingkungan sekitarnya, persis seperti seorang seniman?. Beragam pertanyaan ini menghantarkan kita pada satu jawaban: adalah Allah yang menciptakan burung ini, dan memberinya keistimewaan yang ia miliki.
Kupu-Kupu 'Berwajah' Monster
Kupu-kupu memiliki keistimewaan tersendiri di antara beragam keajaiban kamuflase di alam. Beberapa spesies kupu-kupu memiliki lukisan mata raksasa pada sayap mereka. Mata palsu ini merupakan cara pertahanan diri paling ampuh bagi kupu-kupu. Ketika kupu-kupu merasakan adanya bahaya, misalnya seekor burung yang sedang mencari makan, ia membentangkan sayapnya sehingga nampak sebagai makhluk raksasa. Ini adalah contoh taktik pertahanan diri ini. Kupu-kupu pada pohon ini sungguh mudah menjadi mangsa bagi burung. Tapi, kupu-kupu ini tiba-tiba saja membentangkan sayapnya lebar-lebar. Dua mata raksasa terlihat menakutkan bagi burung, yang segera pergi meninggalkannya. Marilah kita perhatikan dengan seksama kesempurnaan desain mata pada kupu-kupu ini. Seluruh bagiannya telah diserupakan dengan mata, mulai dari bentuknya, hidung, dan rambut di bawah mata, hingga pupil dan bahkan hingga pemantulan cahaya oleh pupil. Pada sayap kupu-kupu lain, terlihat wajah makhluk besar lengkap dengan hidung, telinga, bayangan di bagian atas mata, bentuk mata, dan pupil serta pemantulan cahaya oleh pupil.
Ada hal lain yang menarik untuk diketahui tentang kamuflase ini. Pemangsa utama kupu-kupu adalah serangga karnivora seperti capung dan burung kecil pemakan serangga. Sedangkan musuh terbesar dari para pemangsa ini adalah burung hantu. Sungguh sebuah keajaiban bahwa penampakan pada bagian belakang kupu-kupu pada umumnya adalah lukisan burung hantu. Dengan kata lain, kupu-kupu mempertahankan diri dengan menyerupai wajah musuh dari para pemangsanya, karena semua burung kecil dan serangga takut pada burung hantu. Sudah tentu, kupu-kupu tak mengetahui bahwa burung hantu adalah musuh dari para pemangsanya. Bahkan, andaikan ia tahu, ia tak mampu melukis seekor burung hantu pada punggungnya. Ia tidak memiliki kecerdasan untuk melakukan semua ini. Namun terdapat lukisan padanya. Ini jelas bukan sebuah kebetulan. Ia pasti diciptakan untuk tujuan tertentu. Siapakah pembuat desain pada sayap kupu-kupu? Desain seperti ini tak mungkin terjadi secara kebetulan, sebagaimana pernyataan para evolusionis. Setiap desain menunjukkan adanya perancang desain, dan desain pada sayap kupu-kupu memperlihatkan kita pada kesempurnaan ciptaan Allah.
Dalam sebuah ayat Alqur'an, Allah berfirman:
Dalam sebuah ayat Alqur'an, Allah berfirman:
Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. Al-Hashr:24)
Selain menggunakan mata palsu, cara kamuflase lain dari kupu-kupu sangatlah mengagumkan. Kupu-kupu yang tersamarkan ini seolah melihat warna semak-semak dan menelitinya, setelah itu mereka membuat warna-warna tersebut pada tubuh mereka untuk kemudian menyerasikan diri dengan semak-semak. Namun, tentunya mustahil bagi kupu-kupu untuk melakukan semua ini. Desain pada kupu-kupu ini merupakan bukti nyata adanya penciptaan.
Ahli kamuflase lain adalah burung ini yang diberi nama patu, yang hidup di hutan-hutan Venezuela. Bulu-bulunya dan kulit cabang pohon tempat ia hinggap telah diciptakan dengan kemiripan luar biasa satu sama lain.
Kepiting 'Berbaju Tentara'
Kita akan segera menyaksikan perilaku mengejutkan oleh kepiting ini. Ia dengan hati-hati memotong dedaunan dari tumbuhan yang dipilihnya di dasar laut, tapi untuk apa ia melakukan hal ini?. Jawabannya sungguh mengejutkan. : "untuk menyembunyikan dirinya". Kepiting menyusun potongan dedaunan diatasnya, dan membuat pelindung dari rumput laut. Demikianlah, ia memiliki sebuah kamuflase yang mengagumkan.
Kepiting lain dengan hati-hati menyusun ranting-ranting yang ia potong pada permukaan cangkangnya. Ini memungkinkannya bersembunyi dengan mudah di antara tetumbuhan. Uniknya, kepiting ini mengeluarkan cairan lengket sehingga ranting-ranting tersebut tetap melekat di tempatnya. Dengan kata lain, seluruh sistem pada tubuh binatang dan pola perilakunya telah diciptakan agar sesuai satu sama lain.
Kepiting ini sedang memotong bunga karang. Mungkin terdengar janggal; tapi ia akan menjahit bajunya dari bunga karang ini. Lalu ia memanjat dan masuk ke dalam baju yang telah dibuatnya. Marilah kita berhenti dan berpikir sejenak di sini. Kepiting belum pernah melihat dirinya dalam kaca. Tidak pula ia memiliki kemampuan berpikir atau merancang. Jadi bagaimana ia tahu bahwa ia harus menyamarkan diri. Kepiting menggunakan teknik yang sama sebagaimana yang dilakukan tentara yang menyamarkan diri mereka. Ia menempelkan ranting dan dedaunan pada permukaan tubuhnya.
Bagaimana kepiting mempelajari cara kamuflase ini? Jelas bahwa ia telah diilhami untuk mengerjakannya. Tak ada keraguan bahwa Dialah Allah, Yang menciptakan semua makhluk hidup dari ketiadaan, yang telah menciptakan kepiting, dan melengkapinya dengan keahlian cerdas dalam melindungi diri.
Burung mirip Cabang Pohon
Ahli kamuflase lain adalah burung ini yang diberi nama Patu, yang hidup di hutan-hutan Venezuela. Bulu-bulunya dan kulit cabang pohon tempat ia hinggap telah diciptakan dengan kemiripan luar biasa satu sama lain.
Kini marilah kita amati dengan lebih cermat. Yang sedang Anda saksikan di layar adalah kulit kayu dan bulu burung. Terdapat kemiripan sempurna antara kayu di sebelah kiri dan burung di sebelah kanan. Yang membedakannya sebagai burung hanyalah bagian paruh dan ekornya. Tapi, burung sangat tahu bagaimana menggunakan keahliannya, dan ia segera berbuat sesuatu ketika bahaya mendekat. Ia menutup mata dan paruhnya, serta menjulurkan kepalanya ke depan. Kini, ia tak dapat dibedakan dengan cabang pohon. Ada satu hal lagi yang luar biasa di sini. Kendatipun matanya tertutup, sang burung masih dapat melihat melalui celah khusus pada kelopak matanya. Ketika bahaya menjauh, ia kembali pada keadaan semula.
Tapi, siapakah yang mengajari burung untuk melakukan hal ini. Di sini, kita dihadapkan kembali pada kebesaran Allah, Yang menciptakan segala sesuatu dengan sempurna dan tiada tara.
Pengorbanan Diri Burung Patu
Seperti yang akan kita saksikan, keahlian burung emas berklamufase dan berperilaku, serta keberanian dan pengorbanan dirinya sungguh mengagumkan manusia. Burung ini, yang hidup di Patagonia, membuat sarangnya di padang rumput terbuka. Telur, yang tengah mengalami pematangan dalam tubuh induk, dibungkus kulit dengan warna dan corak menyerupai permukaan tanah. Ini adalah cara khusus perlindungan diri yang dibuat untuk menyamarkan telur. Demikianlah, telur-telur menjadi tak terlihat di antara rerumputan. Jika bahaya mendekat, misalnya berupa burung pemangsa atau manusia, sang burung menunjukkan perilaku yang sangat aneh. Ia keluar meninggalkan sarangnya, dan berlari. Ia lalu berperilaku bagaikan burung yang terluka di atas rumput dengan sayap patah. Jika ada yang mendekatinya, burung ini berlari lagi. Jika telah berada jauh dari sumber bahaya, ia mulai menyerupakan diri lagi dengan burung yang terluka. Ia bertujuan mengalihkan perhatian musuh dari sarangnya. Bila bahaya telah berada cukup jauh, perilaku ini berhenti, dan sang burung terbang kembali ke sarangnya.
Sungguh, burung ini telah memperlihatkan perilaku yang luar biasa. Ini adalah pengorbanan diri yang mengagumkan oleh seekor burung mungil dengan menempatkan dirinya dalam bahaya demi keselamatan anaknya. Teori evolusi sudah pasti tak mampu menjelaskan fenomena pegorbanan diri ini.
Darwinisme berpijak pada anggapan bahwa setiap makhluk hidup mengutamakan dirinya sendiri. Burung ini telah meruntuhkan anggapan tersebut, dan sekali lagi membuktikan bahwa Allah memberi ilham pada makhluk hidup dan mereka memperlihatkan perilaku cerdas dan pengorbanan diri.
Semakin kita meneliti alam ini, semakin jelas kebenaran yang akan nampak. Struktur makhluk hidup yang demikian sempurna dan kompleks ini, benar-benar telah menggugurkan pernyataan teori evolusi bahwa mereka terbentuk secara kebetulan. Setiap makhluk hidup adalah bukti adanya penciptaan. Kamuflase dan perilaku cerdas yang telah Anda saksikan dalam film ini hanyalah contoh kecil saja. Setiap jenis makhluk hidup di alam memiliki ciri dan sifat-sifat unggul tersendiri yang telah diciptakan. Pencipta segala ciptaan yang luar biasa ini adalah Allah, Tuhan langit dan bumi, dan segala sesuatu di antara keduanya. Kewajiban manusia yang berakal adalah untuk merenungkan ciptaan Allah, dan memuji kepada-Nya.
Dalam sebuah ayat AlQuran, Allah berfirman:
Maka bagi Allah-lah segala puji, Tuhan langit dan Tuhan bumi, Tuhan semesta alam. Dan bagi-Nyalah keagungan di langit dan di bumi. Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al - Jatsiyah :36-37).
Larva Berkamuflase
Ada makhluk lain yang membuat pelindung dan bersembunyi di dalamnya. Di antaranya termasuk larva, atau serangga yang baru menetas. Kepingan batu berjalan ini tak lain adalah seekor larva. Ia membuat pelindung dengan meletakkan butiran bebatuan pada tubuhnya secara hati-hati, sebuah kamuflase yang sempurna.
Pelindung larva tak hanya terdiri dari satu macam. Ada yang terbuat dari serpihan kecil kayu, dan ada pula yang lebih lebar dan terbuat dari dedaunan. Mereka ini adalah ulat-ulat mungil yang baru menetas, yang tak memiliki akal dan kesadaran, dan tidak mengetahui apapun tentang dunia luar. Lalu, mengapa mereka meletakkan bebatuan di punggung mereka dan membawanya ke mana-mana? Para pendukung teori evolusi Darwin merasa bingung menghadapi pertanyaan ini. Salah satunya adalah Hoimar von Ditfurth dari Jerman, yang memberikan pernyataannya sehubungan dengan perilaku cerdas ulat dalam bukunya "In the Beginning was Hydrogen":
Siapakah Pencipta sesungguhnya dari keahlian cerdas yang begitu menakjubkan manusia ini? Siapakah pemilik keahlian luar biasa ini, dan dari mana ulat mendapatkan keahlian ini setelah lahir? Kita harus mengakui bahwa ini adalah keahlian yang tak digunakan kecuali oleh manusia cerdas untuk melindungi diri. Sebaliknya, mustahil bagi seekor ulat untuk mendesain rancangan seperti ini, dan kemudian membuatnya'. Hoimar V. Ditfurth, Im Anfang War Der Wasserstoff, p. 19)
Sebagaimana diakui para evolunis, kamuflase pada makhluk hidup adalah perilaku yang merupakan hasil sebuah kecerdasan. Namun, pemilik kecerdasan ini bukanlah makhluk hidup tersebut, melainkan kekuatan lain yang mengaturnya, dan ini adalah kenyataan yang tak ingin diakui oleh kaum evolusionis. Allah menciptakan semua ciri mengagumkan ini pada makhluk hidup, sebagai bukti keberadaan Hikmah dan Pengetahuan-Nya yang tak terbatas.(Harun Yahya)