Kamis, 19 April 2012

Last night, I Visited 22nd Century!!

by Silmi Nurul Adilah

         Suara bel khas SMA IT AL-HAZEN berbunyi. Pukul 16:30 memang sudah saatnya bagi para siswa-siswi untuk pulang, lingkungan sekolah pun sepi seketika setelah siswa-siswi berhamburan dari gerbang. Namun disebuah kelas  masih saja ada dua orang siswa yang sedang beraktifitas. Seolah mengabaikan bunyi bel, mereka tetap asyik melajutkan aktifitasnya.
“Ta, gue udah selese nih, loe bentar lagi selese juga kan?” ucap Alfa kepada seorang siswa disebelahnya, yang bernama Tata. “ya, bentar lagi nih, nanggung tinggal pilih font buat keterangan kecil dibawahnya” jawab Tata, tanpa menoleh ke arah Alfa. “yaudah, gue balik gapapa, kan? Loe jangan kelamaan, bro! Ntar dicariin kakak loe, lagi..” “hehe.. iya, loe ati-ati dijalan, udah sono pergi...” jawab Tata lagi-lagi dengan tanpa menoleh ke arah Alfa.  Alfa pun bergegas pulang, ia sudah hafal tabiat kawannya itu, yang jika sudah berhadapan dengan komputer, wajahnya sulit untuk berpaling.
 time machine
“Alhamdulillaaah gue keren!!! Ehehe, desain gue juga kan, bro?” saat menoleh ke sebelah, Tata baru sadar bahwa Alfa sudah pulang tadi sore. Ia pun mengembalikan pandangannya kembali ke arah monitor , dan melirik sudut kanan toolbar.  “Astaghfirullah!  belom shalat!” pekiknya saat melihat jam menunjukan pukul 22:56. Ia pun bergegas keluar, namun tak bisa karena nyatanya pintu telah dikunci. “eeeeehh ayolah! Ga becanda nih!! Woy bukaaa!! Pa Nadhir!! Saya ke kunci disini pak!! TOLOOONG!!”  keadaan diperparah dengan matinya aliran listrik disana, mungkin karena hujan diluar terlalu deras, dan angin pun bertiup cukup kencang hingga dahan-dahan pohon terlihat berserakan diluar. Sejenak Tata berfikir, mungkin malam ini lebih baik ia bermalam disana, daripada keluar ditengah hujan yang anginya kencang, bisa-bisa  ia terbawa angin dan malah tersangkut di pohon.
Kini Tata terduduk dibalik pintu, beberapa menit telah berlalu tanpa kabar baik selain ia menemukan sajadah dan sarung milik gurunya yang sering shalat di dalam kelas. Lalu lekas Tata bertayamum dan shalat disana. Usai shalat, ia berdo’a untuk semuanya, semoga semuanya membaik di esok hari. Dan karena lelahnya, ia pun terlelap dalam sujudnya.

“excuse me, Sir. I’m going to clean out this room” sebuah suara membangunkan Tata dari tidurnya. Ia menoleh ke arah petugas kebersihan itu, dan berfikir ini adalah esok hari yang ia tunggu, akhirnya seseorang membuka pintu kelasnya. ‘Eh, tapi kenapa pake sok sok-an  english segala? Apa guru bahasa inggris sekarang merangkap sebagai petugas kebersihan juga?’  tanpa berkata apapun, Tata berdiri dan menyaksikan petugas itu memasukan segelas cairan (mungkin cairan pembersih lantai, atau sejenisnya) kedalam sebuah alat yang terlihat keren, dengan dua roda di belakang, dan lap pengepel di depan, dan di atasnya ada lap kering, mungkin itu alat/robot pemersih lantai. Lalu setelah cairan itu dimasukan, alat itupun bekerja tanpa terhubung dengan stop kontak, tanpa menabrak meja ataupun kursi di sekelilingnya. Bahkan alat itu menggapai tempat-tempat sulit dibawah meja dan kursi. Dengan cepat alat itu menyelesaikan tugasnya, tak lebih dari 5 menit untuk tempat seluas 9.5 x 7 meter itu. Mata Tata terbelalak, ‘aselinyaa??!! Gue sujud berapa abad kali ya? Pas bangun udah segala canggih gini aja! Berasa Ashabul Kahfi deh.. Eh, kalo gue minta baling-baling bamu, bakal dikasih gak ya? Mungkin aja jaman ini doraemon udah lahir, haha.. eh, atau kayak di spongebob aja? Gue tinggal nanya dimana mesin waktunya? Dan gue tinggal pake buat balik ke abad 21. Fine. Beres. Haha.. hidup gue mudah, ya!’  semakin lama, imajinasi Tata semakin liar, atau malah merancu? Ngaco? Mungkin iya. Dengan dinginnya ia bertanya
“mas, mesin waktunya disimpen dimana ya?”
pardon me?” (maaf? Bisa di ulang?)
oh..., time machine! Where is it?” (oh.., mesin waktu! Dimana itu?)
what? Are you kidding me? We have no time machine! We are just human, we can’t turn back time, or go to see the future!” (apa? Apa kau bercanda? Kita tidak punya mesin waktu! Kita hanya manusia, kita tidak bisa memutar ulang waktu, atau pergi melihat masa depan!)
Hah? But I’m from the past! I’m from 21st century, I’m 17 years old,  and I’m Indonesian and a good citizen and a also a good student in SMA IT AL-HAZEN.” Jika Alfa melihat kejadian ini, mungkin ia akan tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi Tata yang serius namun kalimat yang diucapkannya agak ngawur.
“excuse me, I have no time to hear your joke..” (maaf saya tidak punya waktu untuk mendengar leluconmu) lalu petugas kebersihan itu keluar melalui pintu otomatis.
‘Innalillahi... gue kebawa angin tadi malem kali yak? Nyasar  di......’ gumaman Tata terputus saat melihat keluar, pemandangannya adalah laut tanpa batas. ‘yap, sahih sekarang. Gue bener-bener nyasar.’ Kenyataan pahit itu harus ia telan, namun juga harus segera ia temukan penawarnya.
okay, the first thing I have to do is.... cari orang yang bisa berbahasa Indonesia!!’ lalu ia memasuki setiap ruangan dan bertanya “is there anyone here can speak in Bahasa Indonesia?” (apa ada orang disini yang dapat berbicara bahasa Indonesia? ) setelah beberapa ruangan ia masuki, karena dianggap mengganggu, ia pun di tangkap seorang petugas keamanan dan dibawa ke ruang kontrol utama. Disana ia bertemu seorang MIT yang juga mampu berbahasa Indonesia.
Setelah ditanya, ternyata MIT itu bukan asli orang Indonesia, ia berasal dari Australia. Lalu Tata  menanyakan semua keanehan (atau mungkin kecanggihan) yang telah ia lihat, seperti tentang bangunan yang dikelilingi laut, alat/robot  pembersih lantai, pintu otomatis, layar komputer virtual, bangunan mengapung, lalu apa lagi? Dunia mulai menunjukan sisi lainnya.
“sebenarnya, anda berasal dari abad berapa?” pertanyaan itu mengawali perbincangan diantara keduanya, ternyata sekarang Tata ada di abad 22, tepatnya tahun 2121. MIT tersebut lalu mengajak Tata untuk melanjutkan perbincangan mereka di luar, Tata semakin terkejut ketika menginjak lantai yang dibawahnya terdapat air yang mengalir, ‘ada ikannya juga malah! ‘ Ternyata lantai itu terbuat  dari kaca. ‘Oh’ gumamnya yang tak ingin terlihat norak.  Lalu MIT tadi memberikan sepasang sepatu, lekas Tata memakainya tanpa bertanya, namun tiba-tiba tubuhnya terangkat. Kini mereka melayang diatas lautan. ‘ini kayak di film kartun! Sepatu roket? Aslinya ,ini keren abis!’ mereka lalu berbincang tentang dunia yang berubah, kini permukaan air laut naik drastis sejak abad 21, peta dunia sudah tidak sama seperti  pada tahun 2012 lalu, sekarang, cukup banyak pulau yang terendam, termasuk bangunan ini yang  sebenarnya hampir tenggelam, namun dibuat pondasi hingga ke dasar laut. Selain itu, tersiar kabar juga, bahwa air di bumi setengahnya akan di pindahkan ke Mars. Untuk hal semacam itu, MIT pun masih mencari informasi lebih lanjutnya.
Saat MIT menjelaskan semua yang Tata tanyakan, Tata malah sibuk mengagumi sistem transportasi disana. Betapa tidak, disini tak ada polusi udara, air, ataupun suara. Tak ada antrian kemacetan, orang-orang menggunakan transportasi umum yang disediakan pemerintah. MIT bilang, orang-orang sudah sadar akan pentingnya menjaga lingkungan sejak abad 21. Pada abad itu, orang-orang beralih menggunakan alat transportasi umum, sehingga pemerintah pun terus memperbaiki kualitasnya dan pelayanannya.
Selain karena berkurangnya polusi, udara disini terasa lebih sejuk karena jumlah pohon semakin banyak. Setiap jengkal lahan dimanfaatkan untuk penghijauan, itu sebabnya transportasi disini kebanyakan melalui udara, karena tidak ada lahan untuk jalan raya. MIT bilang, karena banyak pohon yang di tanam sejak abad 21, hingga kini ada beberapa pohon yang masih bertahan itu. Sejak abad 21-lah orang-orang mulai sadar akan pentingnya pohon bagi kelangsungan hidup manusia khususnya, dan bumi pada umumnya. Mereka menanam, dan merawat juga menjaga pohon di bumi.
Melihat semua teknologi yang ada, Tata bertanya bagaimana semua itu dapat di temukan. MIT menjawab, bahwa semua peralatan canggih ini pada  awalnya hanya angan-angan dan imainasi anak-anak. Namun saat itu mereka telah berani memasuki tahap mewujudkan mimpi. Mereka itulah para pelajar di abad 21 yang memiliki lebih dari segudang inovasi, yang selalu ingin tahu akan apapun yang mereka temui, mereka kreatif dan ingin berbeda. Karena itulah, banyak alat-alat baru yang unik dan kreatif bermunculan. Mereka adalah anak-anak yang tekun, yang tidak akan berhenti sebelum sampai pada apa yang mereka tuju. Mereka adalah anak-anak Islam, yang karenanya imajinasi mereka terarah kan. Mereka menjalani hidupnya sebagai seorang khalifah di bumi.
Tak terasa, siang telah berganti malam. Malam disini indah sekali. Lampu-lampu di matikan, sehingga benda-benda langit dapat terlihat bersinar di langit malam yang cerah. Kabarnya gerakan ini pun dimulai sejak abad 21. Tata sampai-sampai ragu untuk berniat kembali ke abad 21. ‘tapi kalo gue ga balik, artinya.. masa depan bakal ada, tanpa gue! Wah! Parah! Tidak dapat dibiarkan!’ pikir Tata merasa dirinya sangat penting. Padahal, jika dibandingkan dengan semesta ia, dan kita lebih kecil, bahkan dari debu semesta sekalipun.
Karena merasa bahwa rasa penasaran itu penting, Tata mencoba menekan tombol hijau di belakang sepatu itu. Alhasil, Tata jatuh ke lautan.

“TOLOOOOOOOONG!!!!” teriak Tata panik. “loe, apa-apaan sih, norak tau!” mendengar suara khas kakaknya, Tata pun terbangun. “loh? Kok gue disini ka? Ini apaan pake banjur gue segala? Ulang taun aja kagak kan?” tanyanya heran setelah melihat sekeilingnya seperti sedia kala dan badannya basah kuyup ulah kakaknya. “ya, harusnya gue yang nanya gitu ke elo! Ngapain loe sampe larut malem gini masih di sekolah? Kalo bel pulang bunyi tuh, artinya sekolah nyuruh loe segera pulang, bukan malah mengurung diri di kel...” “eh, terus dia itu ngapain disini juga?” Tanya Tata saat melihat Alfa disamping kakaknya, sebenarnya ia  bertanya hanya agar kakaknya berhenti menasihatinya terus .“loh? Emang gaboleh? Lagian kak Anna yang telfon gue nanyain loe dimana, dia panik, loe sampe jam 12 malem ga ada kabar. Gue kira loe nekat keluar dan kebawa angin..” jawab Alfa polos. “gue ga se cungkring itu juga kaliii... eh, pa Nadhir, hehe.. maaf ya pak, ngerepotin malem-malem”  ucap Tata yang hanya dibaalas senyum dan anggukan ramah Pak Nadhir penjaga sekolah.
Dijalan menuju pulang ke rumah, Tata memikirkan tentang  apa yang baru saja dialaminya. Atau mungkin dia mimpikan? ‘tauk deh, alhamdulillahnya gue selamat, dan berhasil balik ke abad 21, jadi ntar gue suruh anak, cucu, dan cicit gue biar jadi penemu! Dan mungkin gaperlu pake tombol ijo juga di belakangnya.. ’
“Ta? Kenapa lo? Tumben diem, kayak yang merenung aja..” tegur  kakaknya yang dari tadi memperhatikan keanehan itu. “nggak..., gue cuma mikir kak, gimana kalo di masa depan, kita hidup di atas lautan, saking ngga ada daratan tu. Tapi selain masalah itu, semuanya oke, kayak penduduk bumi, tiap malem udah lebih dari earth hour, malah mungkin earth night! Terus, kendaraan tanpa polusi, pemerintahan udah oke punya, teknologi makin maju, keren lah pokoknya! ” cerita Tata seolah merangkum pengalamannya.
“tanpa daratan, tetep ga komplit Ta. Makannya sekarang kita pulang kayak gini (jalan kaki) juga biar ga buang polusi, biar di masa depan, pulau-pulau ga pada kerendem.” 
yaterus buat apa juga orang bikin kendaraan tuh? Masa kita ga menghargai dia yang udah cape-cape bikin alat untuk mempermudah aktifitas kita?” tata  kembali berargumen.
loe kalo disuruh milih, bakal milih mie instant atau salad?”
salad dong!  Secaraa.. kemaren wali kelas gue baru beres operasi gara-gara MSG!”
nah itu dia, MSG kasarnya tuh polusi di tubuh. Iming-imingnya kelezatan dia kan?  Transportasi sekarang juga gitu, iming-imingnya kecepatan, murah, dan apalah itu gaya. Tapi kan tetep aja dia menghasilkan buangan yang berdampak negatif buat semuanya.  Dengan adanya teknologi, bukan berarti manusia harus jadi individualis, dan serba bergantung sama teknologi kan? Jangan salah gunakan teknologi, apalagi menjadikannya kambing hitam dari masalah-masalah yang muncul sekarang. Itu semua salah manusianya aja kurang arif menggunakan teknologi.” Papar kak Anna berapi-api. Untuk kali ini, Tata tidak berusaha menghentikan kalimat kakaknya.
Malam semakin larut, mungkin menuju pagi. Kak Anna terus berjalan sambil mendengarkan lagu dari ponselnya, sementara Tata berjalan sambil mengitung bintang yang terlihat, dengan jemarinya. Kak Anna hanya tersenyum melihat tingkah adiknya yang seperti baru tersadar akan kondisi dunia akibat ulah manusia saat ini.

Leave a Reply

 
 

Followers

Penulis

Foto saya
Bandung/Jawa Barat, Indonesia
M.I.T (Mansaba Idea Team) sebuah tim yang dibentuk untuk sebuah perlombaan blog terkreatif yang dilaksanakan oleh Universitas Pendidikan Indonesia.